Do Utmost!

Sudah lumrah kalau anda temenan sama anak Psikologi, lalu dijadikan “kelinci percobaan” untuk praktikum2 di Psikologi. Dan aneh rasanya kalau anak Psikologi tapi belum pernah mencoba bejibun tes yang banyak itu. Biasanya, anak angkatan bawah akan ditodong sama angkatan atas untuk jadi testee (yang di tes).

Termasuk saya, pas itu.. saya masih imut2nya *hueeek. Masih semester 2.. Saat itu saya jadi testee untuk tes Kraeplin, sebuah tes yang sangat sering digunakan dalam rekruitmen kerja, PLN,misalnya, menggunakan tes ini dalam rangkaian tes seleksi karyawan. Initnya tes kraeplin mengungkap “maximum performance” seseorang, artinya dari situ terungkap 4K which are kecepatan, ketelitian, keajegan, dan ketahanan kerja kita.

Bentuknya.. seperti apa tes kraeplin itu? Err… agak bikin mulas kepala… tidak ada satu huruf pun di dalam tes kraeplin. Isinya Fuuuuuuuuuullll angka yang tersusun rapih dalam bentuk kolom. Angkanya memenuhi kertas yang besarnya 2 kali kertas A3 kira2.. silahkan pusing2 mata. Dan saya turut berduka cita sama mbak2 yang dulu itu ngajakin saya utk jdi testee.. Maaf lahir batin, soalnya.. mbaknya pulang hingga petang gara2 ngitung skor saya.. saat itu saya berhasil menjawab banyak di tes kraeplin. Apa artinya? Alhamdulillah, entah benar atau salah hasil tes itu, saya bersyukur bahwa saya dari hasil tes itu saya memiliki 4 K yg baik. Further more, saya digolongkan abnormal, karena klo di kurva normal, saya berada di grafik yang titiknya masuk  abnormalitas ekstrim kanan…  selamat, anda tidak normal ternyata. Tapi inti postingn ini bukan itu.

Intinya, apa anda sudah tau kelebihan atau potensi yg anda miliki? Cari! Cari kalo belum tahu.. karena somehow, ini sangat membantu kita untuk memahami sesuatu, yang akan terungkap di akhir postingan

Relate sama cerita di atas, saya pengen cerita sama salah satu penelitian yg pernah saya lakukan, yaitu tentang religiusitas anak autis. Pernah melihat proses belajar anak autis? Atau ADHD? Mungkin pernah atau bisa ditemui dibanyak sekolah ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Tapi pernah kah anda melihat mereka belajar melakukan ritual ibadah mereka. Mengaji, sholat, wudhu? Sungguh, anda akan sangat tertampar kalau dengan kondisi normal yang anda miliki anda masih malas solat, males untuk ngaji, dan lain-lain.

Saat sholat biasanya guru pendamping ada dibelakang mereka, memeluk dari belakang, membantu mereka untuk memegang pergelangan tangan, rukuk, sujud, dan duduk tasyahud. Dan menghentikan gerakan2 yang sering tanpa sdar mereka lakukan. (Maaf saya belum sempat upload fotonya.)

Pernah lihat anak2 ini belajar mengaji? Subhanallah, dengan gangguan yang sedang dimiliki, sangat… sangat sulit bagi mereka untuk mengucapkan huruf2 arab itu.. aaaa…bbbbaaaa…jejejejejaaaaa… begitu kira2.. sangat terbata2. Wuih, tapi semangat belajar mereka jangan ditanya. Malah udah ada yang hampir khatam hafalan juz 30 dalam 1 tahun belajar mereka. Ini sangat luar biasa untuk ukuran seseorang yang memiliki kesulitan verbal dan kognitif.

Cerita lain terjadi hari ini. Hari ini waktunya monitoring individu. Akibatnya, pagi ini Rumah Al-Qur’an dihiasi air mata beberapa orang santri, yang begitu saja keluar saat sedang setoran hafalan. Beberapa dari kami ada yang menangis.. akibat menghadapi tantangan untuk menyetorkan sebuah surat sungguh sulitnya. Berulang kali salah, dipotong oleh musyrifah, diulang, dipotong lagi karena mad yang kurang panjang, membenarkan… lalu dipotong lagi karena salah… Fiuuuh. Sampai tiba2 salah seorang menunduk di meja, dan menangis diam2.. karena belum lancar…

Saya dan beberapa teman lain melihat dari kejauhan. Ya Allah, saya terharu sama beliau… terenyuh karena semangat dan jiddiyah (kesungguhan) mbak Eka saat menghafal. Memang surat itu panjang, dan saat saya menghafal dulu saya juga sempat jengah, ya Allah, angel banget.. gak lancar2… tapi perasaan itu hanya sebentar, dan tidak sampai menangis, seperti beliau.

Tidak berapa lama kemudian giliran Nabila, pasangan menghafal saya. Setelah balik ke ruang utama, Nabil menyusul menjadi orang yang menangis untuk kedua kalinya… Target tilawah 5 juz/ hari yang harus kami lakukan, berubah khusus untuknya. Nabil punya kewajiban untuk membaca 1 juz saja, dan 4 juz lainnya digunakan untuk muraja’ah (mengulang hafalan). Saya mengikuti sepenuh nya proses belajar Nabil, kesulitan2nya pada beberapa huruf, dan seterusnya. Yang ternyata bagi saya, kesulitan yang dialami Nabil adalah hal yang bisa saya lakukan dengan baik. Dan Nabil tiba2 sja merebes mili (nangis).

Saya tertampar pagi ini, betapa bagi teman2 saya beberapa hal merupakan sebuah dinding tantangan yang harus mereka jebol. Sementara saya? Sudah ada pintu, tinggal masuk saja. Betapa saya bisa mendapat nilai setoran 9 berulang kali, sementara bagi yang lain unutk mendapatkan 8 saja harus belajar terus menerus malam harinya. Tidak tidur, mendengar terus menerus rekaman suara sendiri, dan lainnya.

Saya tidak bermaksud sombong sama kelebihan saya dalam postingan ini. Sungguh bukan itu poinnya. Tapi, saya sedang menyadarkan diri saya sendiri. Bukannya memaksimalkan potensi, saya malah leha2.. dan tidak lebih bersungguh-sungguh dibandingkan kawan2 lain di asrma ini. Padahal saya memiliki satu tiket lebih dulu, yang harusnya bikin saya much, much, much better… Harusnya sama kencangnya berlari seperti mereka ber-6.. sama besarnya kesungguhannya seperti mereka ber-6.. harusnya.

Padahal sejak tes Kraeplin yang saya lakukan dulu, saya jadi sadar sama potensi saya. Dan ternyata sampai sekarang saya cuma melirik dan icip2 sama amanah yang sudah dikasih Allah ini. Bukannya akselerasi, tapi malah santai2.. Astaghfirullah.

Bersyukur sudah tentu akan menjadi sebuah nilai yang bisa kita dapatkan saat kita mengetahui kelebihan dan potensi kita. Akan tetapi lebih dari itu, ada sebuah nilai lain yang sama pentingnya.

Menghargai adalah salah satu hal yang bisa tumbuh, saat kita sudah mengenali potensi diri kita. Hargai diri sendiri dengan bersungguh-sungguh dalam bekerja. Sekecil apapun persoalannya. Bukankah Allah menilai segalanya?

Lebih jauh lagi, belajarlah untuk menghargai kerja keras orang lain. Boleh jadi bagi kita mudah (krn bagi kita ini kelebihan), namun bagi mereka, hal ini bukan main susahnya.

Thus… sudahkah kita bersungguh-sungguh dalam bekerja hari ini? Jangan kecewakan Allah dengan nikmat yang sudah dititipkan-Nya 🙂

Jangan kebanyakan leha-leha dan menunda-nunda 🙂

“Maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan, bersungguh-sungguhlah (tetaplah bekerja keras) untuk urusan yang lain”. (QS. Al-Insyirah: 7)